Sabtu, 21 September 2013

obat anti malaria

Dalam penelitian,  diketahui beberapa senyawa aktif flavonoid terutama heteroflavanon C diketahui dpt melumpuhkan parasit malaria. "Uji klinis saat ini telah sampai pada fase kedua, yaitu pemberian pada pasien malaria," ujar Aty.
Pengujian tahap kedua melibatkan 60 pasien. Pada pengobatan diberika dosis 2 tablet sehari. Setelah beberapa hari pasien tidak demam dan menggigil. Pada hari kelima pasien sembuh.
Untuk dapat diproduksi dan dipasarkan, masih diperlukan dua tahap lagi dengan melibatkan lebih banyak pasien, " urainya. Obat ini juga harus ditinjau oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Cempedak sebagai obat malaria yang diteliti sejak tahun 2001 kini telah memperoleh paten untuk proses ekstraksi dan isolasi senyawa aktif. Pendaftaran patennya sebagai obat antimalaria. Bahan herbal yang dinamai Artoner ini dikemas dalam bentuk kapsul untuk ujicoba kepada pasien.
"Produk riset farmasi ini, meski baru 70 persen menjalani tahap uji klinik sudah diminati oleh sebuah industri farmasi untuk diproduksi," tambah Kepala Laboratorium fitokimia herbal ITD, Achmad Fuad Hafid.

Riset lain

Penelitian cempedak untuk obat malaria, lanjut Aty, diilhami penggunaannya secara tradisional di Kalimantan untuk obat malaria dan larutan gosok pencegah gigitan nyamuk. Selain cempedak riset juga dilakukan pada tanaman serumpun yaitu nangka, keluwih, dan sukun. Namun khasiatnya tak sebaik cempedak.
Sementara itu riset yang dilakukan pada tanaman herbal sambiloto juga menemukan senyawa antimalaria yaitu Androglafolida. Namun untuk tanaman herbal yang selama ini dikonsumsi sebagai jamu itu belum sampai ke uji klinik. Thanks for reading: obat anti malaria

Jumat, 20 September 2013

Epidemiologi Malaria di Indonesia

Malaria adalah penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina. Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang berkembang biak di tubuh nyamuk lalu menularkannya pada manusia melalui darah. Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja terutama penduduk yang tinggal di daerah di mana tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk untuk berkembang biak. Malaria menjadi penyakit endemik di beberapa daerah di dunia, seperti Afrika, India, Bangladesh dan juga di Indonesia. Di Indonesia, malaria menjadi endemik di Papua dan Mamuju, Sulawesi Selatan.

Penyakit Malaria menjadi masalah global yang dimasukkan dalam MDGs 2015 karena memiliki angka insiden yang cukup tinggi. Malaria hampir ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang beresiko terkena Malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari populasi dunia. WHO memperkirakan insiden malaria di dunia mencapai 215 juta kasus dan di antaranya yang terifeksi parasit plasmodium sekitar 600.000.

Menurut Global Malariae Programme menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi kebijakan dan strategi yang tepat.

 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian malaria ditinjau dari sisi epidemiologi :
1.    HOST (Manusia dan Nyamuk)
Manusia
Umur : Usia anak-anak lebih rentan terkena malaria. Anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan demam malaria dibandingkan anak yang bergizi buruk. Namun, anak yang bergizi baik lebih mampu untuk mengatasi malaria berat daripada anak bergizi buruk.
Jenis Kelamin : Perempuan memiliki respon yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Namun, apabila menginfeksi wanita hamil maka akan terjadi anemia berat.
Imunitas : Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya terbentuk imunitas dalam tubuhnya terhadap malaria demikian juga yang tinggal di daerah endemis biasanya mempunyai imunitas alami terhadap penyakit malaria.
Ras : beberapa ras manusia atau kelompok manusia memiliki kekebalan alamiah terhadap malaria, misalnya sickle cell anemia dan ovalositas.
Status Gizi : Masyarakat yang kurang asupan gizi dan tinggal di daerah endemis malaria akan rentan terkena malaria.

Nyamuk
Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan siklus kehidupan di air. Kelangsungan hidup nyamuk akan terputus apabila tidak ada air. Nyamuk dewasa sekali bertelur sebanyak ± 100-300 butir, besar telur sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetas menjadi jentik, 8-10 hari menjadi kepompong (pupa), dan 1-2 hari menjadi nyamuk dewasa. Umur nyamuk relatif pendek, nyamuk jantan umurnya lebih pendek (kurang 1 minggu), sedang nyamuk betina lebih panjang sekitar rata-rata 1-2 bulan. Nyamuk jantan akan terbang disekitar perindukannya dan makan cairan tumbuhan yang ada disekitarnya. Nyamuk betina hanya kawin  sekali dalam hidupnya. Perkawinan biasanya terjadi setelah 24-48 jam setelah keluar dari kepompong. Makanan nyamuk Anopheles betina yaitu darah, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telurnya.

Nyamuk Anopheles yang ada di Indonesia berjumlah 80 spesies. Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan sejumlah 24 spesies yang dapat menularkan malaria. Tidak semua Anopheles tersebut berperan penting dalam penularan malaria.

Beberapa aspek penting dari nyamuk adalah :
Perilaku nyamuk :
Tempat hinggap atau istirahat
Eksofilik, yaitu nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di luar rumah.
Endofilik, yaitu nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di dalam rumah.

Tempat menggigit
Eksofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di luar rumah.
Endofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di dalam rumah.

Obyek yang digigit
Antrofofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit manusia.
Zoofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit hewan.
Indiscriminate biters/indiscriminate feeders, yaitu nyamuk tanpa kesukaan tertentu terhadap hospes.

Frekuensi menggigit manusia
Frekuensi membutuhkan darah tergantung spesiesnya dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, yang disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim tropis biasanya siklus ini berlangsung sekitar 48-96 jam.
Siklus gonotrofik, yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur. Waktu ini juga merupakan interval menggigit nyamuk.

Faktor lain yang penting
Umur nyamuk (longevity), semakin panjang umur nyamuk semakin besar kemungkinannya untuk menjadi penular atau vektor. Umur nyamuk bervariasi tergantung dari spesiesnya dan dipengaruhi oleh lingkungan. Pengetahuan umur nyamuk ini penting untuk mengetahui musim penularan dan dapat digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan program pemberantasan vektor.
Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit.

2.    Faktor Lingkungan
Lingkungan Fisik
Suhu udara : Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pada suhu 26,7oC masa inkubasi ekstrinsik pada spesies Plasmodium berbeda-beda yaitu P.falciparumI 10 sampai 12 hari, P.vivax 8 samapi 11 hari, P.malariae 14 hari P.ovale 15 hari. Menurut Chwatt (1980), suhu udara yang optimum bagi kehidupan nyamuk berkisar antara 25-30o C. Menurut penelitian Barodji (1987) bahwa proporsi tergigit nyamuk Anopheles menggigit adalah untuk di luar rumah 23-24oC dan di dalam rumah 25-26oC sebagai suhu optimal.

Kelembaban udara : Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk. Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahan, dan lain-lain dari nyamuk. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.35 Menurut penelitian Barodji (1987) menyatakan bahwa nyamuk Anopheles paling banyak menggigit di luar rumah pada kelembaban 84-88%dan di dalam rumah 70-80%.

Ketinggian : Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m di atas permukaan laut.

Angin : Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau keluar rumah, adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dengan nyamuk. Jarak terbang nyamuk (flight range) dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin. Jarak terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat perindukannya. Bila ada angin yang kuat nyamuk Anopheles bisa terbawa sampai 30 km.

Hujan : Hujan berhubungan dengan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan, jumlah hari hujan jenis vektor dan jenistempat perkembangbiakan (breeding place). Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles.

Sinar matahari : Sinar matahari memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada spesies nyamuk. Nyamuk An. aconitus lebih menyukai tempat untuk berkembang biak dalam air yang ada sinar matahari dan adanya peneduh. Spesies lain tidak menyukai air dengan sinar matahari yang cukup tetapi lebih menyukai tempat yang rindang, Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih suka tempat yang teduh, An. hyrcanus spp dan An. punctulatus spp lebih menyukai tempat yang terbuka, dan An. barbirostris dapat hidup baik di tempat teduh maupun yang terang.

Arus air : An. barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis / mengalir lambat, sedangkan An. minimus menyukai aliran air yang deras dan An. letifer menyukai air tergenang. An. maculatus berkembang biak pada genangan air di pinggir sungai dengan aliran lambat atau berhenti. Beberapa spesies mampu untuk berkembang biak di air tawar dan air asin seperti dilaporkan di Kecamatan Tanjung Bunga, Flores Timur, NTT bahwa An. subpictus air payau ternyata dilaboratorium mampu bertelur dan berkembang biak sampai menjadi nyamuk dewasa di air tawar seperti nyamuk Anopheles lainnya.

Tempat perkembangbiakan nyamuk : Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles adalah genangangenangan air, baik air tawar maupun air payau, tergantung dari jenis nyamuknya. Air ini tidak boleh tercemar harus selalu berhubungan dengan tanah. Berdasarkan ukuran, lamanya air (genangan air tetap atau sementara) dan macam tempat air, klasifikasi genangan air dibedakan atas genangan air besar dan genangan air kecil.

Keadaan dinding : Keadaan rumah, khususnya dinding rumah berhubungan dengan kegiatan penyemprotan rumah (indoor residual spraying) karena insektisida yang disemprotkan ke dinding akan menyerap ke dinding rumah sehingga saat nyamuk hinggap akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut. Dinding rumah yang terbuat dari kayu memungkinkan lebih banyak lagi lubang untuk masuknya nyamuk.

Pemasangan kawat kasa : Pemasangan kawat kasa pasda ventilasi akan menyebabkan semakin kecilnya kontak nyamuk yang berada di luar rumah dengan penghuni rumah, dimana nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah. Menurut Davey (1965) penggunaan kasa pada ventilasi dapat mengurangi kontak antara nyamuk Anopheles dan manusia.

b. Lingkungan Kimia
Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perkembangbiakan. Sebagai contoh An. Sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12 – 18% dan tidak dapat berkembang biak pada kadar garam 40% ke atas, meskipun di beberapa tempat di Sumatera Utara An. Sundaicus sudah ditemukan pula dalam air tawar. An. letifer dapat hidup ditempat yang asam/pH rendah.
c. Lingkungan Biologi
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah
(panchax spp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh dari rumah.

d. Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Kebiasaan keluar rumah
Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Kebiasaan penduduk berada di luar rumah pada malam hari dan juga tidak berpakaian berhubungan dengan kejadian malaria.
2. Pemakaian kelambu
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemakaian kelambu secara teratur pada waktu tidur malam hari mengurangi kejadian malaria. Menurut penelitian Piyarat (1986), penduduk yang tidak menggunakan kelambu secara teratur mempunyai risiko kejadian malaria 6,44 kali dibandingkan dengan yang menggunakan kelambu.  Penelitian CH2N-UGM (2001) menyatakan bahwa individu yang tidak menggunakan kelambu saat tidur berpeluang terkena malaria 2,8 kali di bandingkan dengan yang menggunakan kelambu saat tidur.
3. Obat anti nyamuk
Kegiatan ini hampir seluruhnya dilaksanakan sendiri oleh masyarakat seperti menggunakan obat nyamuk bakar, semprot, oles maupun secara elektrik.
4. Pekerjaan
Hutan merupakan tempat yang cocok bagi peristirahatan maupun perkembangbiakan nyamuk (pada lubang di pohon-pohon) sehingga menyebabkan vektor cukup tinggi. Menurut Manalu
(1997), masyarakat yang mencari nafkah ke hutan mempunyai risiko untuk menderita malaria karena suasana hutan yang gelap memberikan kesempatan nyamuk untuk menggigit.
5. Pendidikan
Tingkat pendidikan sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap kejadian malaria tetapi umumnya mempengaruhi jenis pekerjaan dan perilaku kesehatan seseorang. Hasil penelitian Rustam (2002), menyatakan bahwa masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah berpeluang terkena malaria sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi.


3. Faktor Agent (Plasmodium)
Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup ataupun tidak hidup dimana dalam kehadirannya, bila diikuti dengan kontak efektif dengan manusia yang rentan akan menjadi stimulasi untuk memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Penyebab penyakit malaria dari genus Plasamodium, family Plasmodiidae dan ordo Coccidiidae. Hingga saat ini parasit malaria yang dikenal ada 4 macam, yaitu :
a. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria otak/berat dengan risiko kematian yang tinggi.
b. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
c. Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana.
d. Plasmodium ovale, jarang dijumpai terbanyak ditemukan di Afrika dan Pasifik Barat.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara Plasmodium falcifarum dengan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi. Infeksi campuran ini biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya. Thanks for reading: Epidemiologi Malaria di Indonesia

Kamis, 19 September 2013

pengobatan malaria


Diagnosis dan pengobatan:
• diagnosis dengan rapid diagnosis test (rdt)
• pengobatan malaria falciparum ringan tanpa komplikasi lini pertama dengan kombinasi artesunate dan amodiakuin dan lini kedua dengan kina dan tetracycline atau doxycycline:


Komposisi obat :
Artesunat : 50 mg/ tablet
Amodiakuin : 200 mg/ tablet ≈ 153 mg amodiakuin base / tablet
Semua pasien (kecuali ibu hamil dan anak usia < 1 tahun) diberikan tablet Primakuin (1 tablet berisi: 15 mg primakuin basa ) dengan dosis 0,75 mg basa/kgBB/oral, dosis tunggal pada hari I (hari pertama minum obat).
Dosis pada tabel diatas merupakan perhitungan kasar bila penderita tidak ditimbang berat badannya. Dosis yang direkomendasi berdasarkan berat badan adalah:
Artesunat: 4 mg/kgBB dosis tunggal/hari/oral, diberikan pada hari I, hari II dan hari III ditambah Amodiakuin: 25 mg basa/kgBB selama 3 hari dengan pembagian dosis: 10 mg basa/kgBB/hari/oral pada hari I dan hari II, serta 5 mg basa/kgBB/oral pada hari III.
Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan pengobatan lini kedua seperti tabel 2 di bawah ini.

Keterangan:
*) Kina:
Pemberian kina pada anak usia < 1 tahun harus berdasarkan berat badan (ditimbang berat badannya). Dosis kina: 30 mg/kgbb/hari (dibagi 3 dosis).
I. Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun
II. Dosis doksisiklin untuk anak usia 8 – 14 tahun: 2 mg/kg BB/hari
III. Bila tidak ada doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin
IV. Dosis Tetrasiklin: 25-50 mg/ kgBB/4 dosis/hari atau 4 x 1(250 mg) selama 7 hari; tetrasiklin tidak boleh diberikan pada umur < 12 tahun dan ibu hamil.
V. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 1 tahun.
VI. Dosis primakuin: 0,75 mg/kgbb, dosis tunggal.
• PENGOBATAN MALARIA VIVAX/OVALE LINI PERTAMA DENGAN KLOROKUIN DAN LINI KEDUA DENGAN KINA:
Bila pada pemeriksaan laboratorium ditemukan P. vivax/ovale, diberikan pengobatan sesuai tabel 3 di bawah ini :
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan untuk Pv / Po :
- Klorokuin : hari I & II = 10 mg/kg bb, hari III = 5 mg/kg bb
- Primakuin : 0,25 mg/kg bb /hari, selama 14 hari.
Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan pengobatan lini kedua seperti tabel 4 di bawah ini.

• PENGOBATAN MALARIA BERAT DENGAN ARTEMETER DAN KINA INJEKSI
Obat malaria berat
Lini pertama :Artemether injeksi diberikan secara intramuskuler, selama 5 hari.
Setiap ampul Artemether berisi 80 mg/ml.
Dosis dan cara pemberian Artemether:
Untuk dewasa: dosis inisial 160 mg (2 ampul) IM pada hari ke 1, diikuti 80 mg (1 ampul) IM pada hari ke 2 s/d ke 5. Dosis anak tergantung berat badan yaitu:
Hari Pertama : 3,2 mg/KgBB/hari
Hari II- V : 1,6 mg/KgBB/hari
Lini kedua : Kina perinfus/drip
Cara pemberian kina per-infus:Dosis dewasa (termasuk ibu hamil) : Kina HCl 25 % dosis 10 mg/Kgbb (1 ampul isi 2 ml = 500 mg kina HCl 25 %) yang dilarutkan dalam 500 ml dekstrose 5 % atau NaCl 0,9 % diberikan selama 8 jam, diulang dengan cairan yang sama setiap 8 jam terus-menerus sampai penderita dapat minum obat.
Atau :
Kina HCl 25 % (perinfus), dosis 10mg/Kg BB/4jam diberikan setiap 8 jam, diulang dengan cairan dan dosis yang sama setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.
Dosis anak-anak : Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6-8 mg/kg bb) diencerkan dengan 5-10 cc dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 % per kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat.
Apabila tidak memungkinkan pemberian kina per- infus maka kina dapat diberikan intramuskular. Sediaan yang ada untuk pemberian intramuskular yaitu Kinin antipirin dengan dosis: 10 mg/kgbb IM (dosis tunggal) yang merupakan pemberian anti malaria pra rujukan.
Tatalaksana Pengobatan lebih lengkap dapat dilihat pada Buku ”Tatalaksana kasus Malaria” yang dikeluarkan oleh Direktorat jenderal PPM&PL, Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang tahun 2003.
PENCEGAHAN:
• PENCEGAHAN DARI GIGITAN NYAMUK DENGAN LONG LASTING INSECTICIDE TREATED NET (LLITN) ATAU INSECTICIDE TREATED NET (ITN).
• PENCEGAHAN DENGAN MEMBUNUH JENTIK DISARANG SARANG NYAMUK DENGAN LARVASIDA : BTI , ALTOSID DLL.
• PENCEGAHAN DENGAN PENYEMPROTAN DINDING RUMAH ATAU TENDA DENGAN INSEKTISIDA ETOFENPROX , LAMDA-SIHALOTRINE, BENDIOCARB, DLL
• PENCEGAHAN DENGAN MINUM OBAT PROFILAKSIS YAITU DOXYCICLINE UNTUK PENDATANG BERUSIA > 8 TAHUN (1 TABLET 100 MG) UNTUK PENDATANG DEWASA TIAP HARI 1 TABLET SEJAK 1 MINGGU SEBELUM MASUK SAMPAI 1 BULAN SETELAH KEMBALI.
• PEMETAAN GENANGAN AIR DENGAN JARAK SAMPAI 2 KM DEKAT PEMUKIMAN PENDUDUK/PENGUNGSI. Thanks for reading: pengobatan malaria

Rabu, 16 Mei 2012

Ciri ciri malaria

Apakah ciri ciri penyakit malaria, apa bedanya dengan demam biasa ?

Malaria disebabkan oleh protozoa golongan Plasmodium yang ditularkan lewat nyamuk Anopheles. Malaria merupakan penyakit yang bersifat endemik, artinya seseorang dapat terjangkit malaria apabila ada riwayat bepergian atau tinggal di daerah endemik malaria.
Gejala utama malaria berupa :
- Demam yang bersifat periodik (tidak terus-menerus). Pada malaria tertiana, demam terjadi tiap hari ke-3. Sedangkan pada malaria kuartana, demam terjadi tiap 4 hari. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium yaitu menggigil (15 menit-1 jam), puncak demam (2-6 jam), dan berkeringat (2-4 jam).
- Anemia, disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
- Splenomegali (pembesaran limpa), merupakan gejala khas malaria kronik.
- Ikterus (penumpukan zat warna bilirubin yang ditandai dengan kulit dan mata menguning).
Demam malaria adalah demam yang terjadi berulang secara periodik ada yang 3 hari sekali, ada yg 4 hari sekali dan diakhiri dengan periode menggigil, dan menghilang dengan sendirinya. Sekali terinfeksi malaria seumur hidup akan mengalami serangan demam menggigil itu jika kekebalan tubuh menurun. sedang demam biasa adalah demam yang hanya bersifat situasinoal dan bisa sembuh total dan biasanya karena penyakit infeksi akut non Plasmodium.
Gejala dan ciri – ciri demam malaria
Gejala dan ciri – ciri demam pada malaria yaitu penderita akan merasa menggigil seperti orang yang kedinginan namun suhu tubuh sangat tinggi. Kejadian menggigil disertai dengan demam tinggi ini bisa berlangsung beberapa jam kemudian penderita akan berkeringat dan suhu tubuh akan turun kembali normal. Kejadian ini bisa berlangsung tiap hari, atau tiap 2 hari atau tiap 3 hari atau tidak tentu tergantung jenis malarianya.
Pengobatan demam
Obat demam jenisnya banyak namun obat demam yang paling banyak beredar di pasaran adalah paracetamol. paracetamol adalah obat penurun panas yang tergolong aman dan banyak terdapat pada obat flu dan sakit kepala. paracetamol bisa menjadi pertolongan pertama di saat bayi, anak – anak maupun orang dewasa ketika mengalami demam di malam hari di mana klinik atau RS sangat jauh. ketika seseorang telah minum paracetamol namun belum mengalami kesembuhan dalam 2 hari maka harus segera berobat ke dokter untuk mencari penyebab demamnya.
Kapan sebaiknya ke dokter?
Demam bukanlah sesuatu yang buruk tetapi merupakan suatu alarm dari tubuh adanya suatu yang tidak beres dari dalam tubuh. Demam umumnya disebabkan karena adanya infeksi oleh karena itu jika demam telah berlangsung selama 2 hari maka pada hari ketiga harus berobat ke dokter untuk mencari penyebabnya
Adapun tanda seseorang harus berobat ke dokter ketika demam adalah suhu diatas 39°C, demam yang sifatnya naik turun, demam belum hilang selama 2 hari, adanya gejala – gejala lainnya yang menyertai berupa nafsu makan yang hilang, sakit perut, menggigil, sakit kepala hebat, sesak napas disertai batuk, mual, muntah dan gejala – gejala lain yang tidak dapat dijelaskan. Untuk bayi di bawah 6 bulan harus segera di bawa ke dokter jika mengalami demam di atas 38°C untuk mencegah kejang demam pada bayi. Thanks for reading: Ciri ciri malaria

Nyamuk Malaria

Meski bukan penyumbang penderita malaria terbanyak di dunia, tapi ternyata Indonesia punya tantangan tersendiri untuk memberantas penyakit menular ini. Dari sekian banyak negara, Indonesia merupakan negara yang memiliki jenis nyamuk malaria terbanyak di dunia.
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit kelompok Plasmodium yang penularannya terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Penyakit ini banyak terjadi di daerah tropis yang jika terlambat ditangani bisa berakibat kematian. Sebagai salah satu daerah tropis, Indonesia ternyata menjadi sarang paling nyaman untuk nyamuk malaria berkembangbiak. Terbukti, ada sekitar 25 jenis nyamuk Anopheles penyebab malaria yang terdapat di Indonesia.
"Ternyata ada 25 jenis nyamuk malaria yang senang hidup di Indonesia, jumlah ini tertinggi di dunia. Kalau Afrika yang malaria begitu banyak nyamuk jenis Anopheles cuma 2. 2 saja sudah membuat Afrika begitu berat, jadi bayangkan Indonesia dengan 25 jenis nyamuk," ujar Dr Rita Kusriastuti, MSc, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (Dit P2B2), Ditjen PP dan PL Kemenkes, dalam acara media briefing tentang Hari Malaria Sedunia 2012, di Hotel Acacia, Jl Kramat Raya Jakarta, Selasa (24/4/2012).
Menurut Dr Rita, Indonesia yang merupakan daerah tropis membuat nyamuk 'betah' dan bisa berkembangbiak di semua tempat. 25 jenis nyamuk Anopheles itu bisa hidup hampir di semua tempat seperti di pinggir laut, sepanjang pantai, sawah, kali, sungai kebun, hutan, gunung, rawa dan dan sebagainya.
"Tapi Alhamdulillah kita kuat sekali dalam program pengendalian, bersama antara pusat, daerah, puskesmas sampai ke masyarakatnya. Tidak bisa hanya puskesmas dan dinas kesehatan, tapi kami mencoba merangkul masyarakat," lanjut Dr Rita.
Di dunia ada sekitar 3.000 spesies nyamuk. Dan dari sekian banyak jenis nyamuk, ada sekitar 450 spesies yang hidup di Indonesia, yang membuat Indonesia menempati peringkat kedua setelah Brasil untuk jumlah spesies nyamuk terbanyak di dunia.
"Dari 450 spesies, ada 22-25 spesies Anopheles yang dapat menularkan malaria. Tiap spesies punya cara masing-masing untuk menularkan malaria dan punya perilaku yang khusus. Ada yang suka darah manusia dan ada yang suka darah hewan. Ada yang masa hidupnya panjang dan ada yang pendek," jelas Dr William Hawley dari CDC UNICEF, yang sudah meneliti spesies nyamuk selama 30 tahun.
Menurut Dr Will, di Afrika ada sekitar 12 jenis nyamuk dan yang paling berbahaya menyebabkan malaria ada dua jenis, yaitu Anopheles gambiae dan Anopheles funestus.
"Yang paling berbahaya adalah Anopheles gambiae dan hanya ada di Afrika. Nyamuk ini habitatnya ada di lubang-lubang yang dibuat manusia dan makanannya berasal dari darah manusia dan bisa tinggal di rumah-rumah penduduk. Ini menyebabkan kasus malaria sangat banyak di Afrika," jelas Dr Will.
Nyamuk malaria yang paling berbahaya adalah yang menyukai darah manusia dan masa hidupnya panjang, lebih dari 10 jam. Dr Will menjelaskan, parasit Plasmodium memiliki siklus hidup sekitar 10 hari, sehingga bila nyamuk Anopheles mati sebelum 10 hari maka rantai penularannya bisa putus.
(Detik Health)

Thanks for reading: Nyamuk Malaria

Penyebab Penyakit Malaria

penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria yang merupakan golongan plasmodium. parasit protozoa penyebab penyakit malaria ini ditularkan melalui gigitannyamuk anopheles. protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropis dan subtropis terutama di daerah yang berhutan dan mempunyai iklim basah, seperti di amerika, asia dan afrika.


penyebab penyakit malaria
adalah parasit plasmodium yang terdapat pada nyamuk anopheles. setidaknya ada empat type plasmodium yang dapat meng-infeksi manusia:
• plasmodium falciparum,
• plasmodium vivax,
• plasmodium ovale, dan
• plasmodium malariae.


tanda-tanda dan gejala penyakit malaria
menurut berat-ringannya tanda-tanda dan gejalanya, gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis:
a. gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)
meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanya cukup menyiksa. gejala malaria yang utama  yaitu: demam dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit berasal. gejala malaria ini terdiri dari tiga stadium berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :
1. stadium dingin (cold stage)
berlangsung kurang kebih 15 menit sampai dengan 1 jam. dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, denyut nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.
2. stadium demam (hot stage)
berlangsung lebih dari 2 hingga 4 jam. penderita merasa kepanasan (fever). muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oc atau lebih. pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
3. stadium berkeringat (sweating stage)
berlangsung lebih dar 2 hingga 4 jam. penderita berkeringat sangat banyak. suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.


b. gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)
penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit malaria melalui pemeriksaan laboratorium sediaan darah tepi atau rapid diagnostic test (rdt) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini:
• gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah)
• keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
• kejang-kejang
• panas sangat tinggi
• mata atau tubuh kuning
• tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang) perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
• nafas cepat atau sesak nafas
penyebab malaria yang paling utama adalah karena penularan parasit malaria yang dibawa oleh nyamuk anopheles. tanda-tanda dan gejala malaria yang paling umum adalah deman spesifik dimana tubuh terasa panas, namun penderita merasakan kedinginan yang amat sangat. semoga bermanfaat.

Thanks for reading: Penyebab Penyakit Malaria

Patofisiologi Malaria

Patofisiologi pada malaria belum diketahui dengan pasti. Berbagai macam teori dan hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada malaria terutama berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada endotelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap hidup (survive). Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis terjadinya demam dan peradangan. Skizogoni eksoeritrositik mungkin dapat menyebabkan reaski leukosit dan fagosit, sedangkan sporozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan patofisiologik.

Patofisiologi malaria adalah multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :

a. Penghancuran eritrosit. Penghancuran eritrosit ini tidak saja dengan pecahnya eritrosit yang mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis intra vaskular yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat mengakibatkan gagal ginjal.

b. Mediator endotoksin-makrofag. Pada saat skizogoni, eirtosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam perubahan patofisiologi malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin berasal dari rongga saluran cerna. Parasit malaria itu sendiri dapat melepaskan faktor neksoris tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin , ditemukan dalam darah hewan dan manusia yang terjangkit parasit malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglimeia dan sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = adult respiratory distress syndrome) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan plasmodium falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit.

c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi plasmodium falciparum stadium lanjut dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung plasmodium falciparum terhadap endotelium kapiler darah dalam alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi, menempel pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler dalam alam-alat dalam.

Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut, sekurang-kurangnya ada empat macam protein untuk sitoaherens eritrosit yang terinfeksi plasmodium P. falciparum. Thanks for reading: Patofisiologi Malaria
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...