Dalam penelitian, diketahui beberapa senyawa aktif flavonoid terutama
heteroflavanon C diketahui dpt melumpuhkan parasit malaria. "Uji klinis
saat ini telah sampai pada fase kedua, yaitu pemberian pada pasien
malaria," ujar Aty.
Pengujian tahap kedua melibatkan 60 pasien.
Pada pengobatan diberika dosis 2 tablet sehari. Setelah beberapa hari
pasien tidak demam dan menggigil. Pada hari kelima pasien sembuh.
Untuk
dapat diproduksi dan dipasarkan, masih diperlukan dua tahap lagi dengan
melibatkan lebih banyak pasien, " urainya. Obat ini juga harus ditinjau
oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Cempedak sebagai obat
malaria yang diteliti sejak tahun 2001 kini telah memperoleh paten untuk
proses ekstraksi dan isolasi senyawa aktif. Pendaftaran patennya
sebagai obat antimalaria. Bahan herbal yang dinamai Artoner ini dikemas
dalam bentuk kapsul untuk ujicoba kepada pasien.
"Produk riset
farmasi ini, meski baru 70 persen menjalani tahap uji klinik sudah
diminati oleh sebuah industri farmasi untuk diproduksi," tambah Kepala
Laboratorium fitokimia herbal ITD, Achmad Fuad Hafid.
Riset lain
Penelitian
cempedak untuk obat malaria, lanjut Aty, diilhami penggunaannya secara
tradisional di Kalimantan untuk obat malaria dan larutan gosok pencegah
gigitan nyamuk. Selain cempedak riset juga dilakukan pada tanaman
serumpun yaitu nangka, keluwih, dan sukun. Namun khasiatnya tak sebaik
cempedak.
Sementara itu riset yang dilakukan pada tanaman herbal
sambiloto juga menemukan senyawa antimalaria yaitu Androglafolida. Namun
untuk tanaman herbal yang selama ini dikonsumsi sebagai jamu itu belum
sampai ke uji klinik.
Thanks for reading: obat anti malaria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar