Dalam penelitian, diketahui beberapa senyawa aktif flavonoid terutama
heteroflavanon C diketahui dpt melumpuhkan parasit malaria. "Uji klinis
saat ini telah sampai pada fase kedua, yaitu pemberian pada pasien
malaria," ujar Aty.
Pengujian tahap kedua melibatkan 60 pasien.
Pada pengobatan diberika dosis 2 tablet sehari. Setelah beberapa hari
pasien tidak demam dan menggigil. Pada hari kelima pasien sembuh.
Untuk
dapat diproduksi dan dipasarkan, masih diperlukan dua tahap lagi dengan
melibatkan lebih banyak pasien, " urainya. Obat ini juga harus ditinjau
oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Cempedak sebagai obat
malaria yang diteliti sejak tahun 2001 kini telah memperoleh paten untuk
proses ekstraksi dan isolasi senyawa aktif. Pendaftaran patennya
sebagai obat antimalaria. Bahan herbal yang dinamai Artoner ini dikemas
dalam bentuk kapsul untuk ujicoba kepada pasien.
"Produk riset
farmasi ini, meski baru 70 persen menjalani tahap uji klinik sudah
diminati oleh sebuah industri farmasi untuk diproduksi," tambah Kepala
Laboratorium fitokimia herbal ITD, Achmad Fuad Hafid.
Riset lain
Penelitian
cempedak untuk obat malaria, lanjut Aty, diilhami penggunaannya secara
tradisional di Kalimantan untuk obat malaria dan larutan gosok pencegah
gigitan nyamuk. Selain cempedak riset juga dilakukan pada tanaman
serumpun yaitu nangka, keluwih, dan sukun. Namun khasiatnya tak sebaik
cempedak.
Sementara itu riset yang dilakukan pada tanaman herbal
sambiloto juga menemukan senyawa antimalaria yaitu Androglafolida. Namun
untuk tanaman herbal yang selama ini dikonsumsi sebagai jamu itu belum
sampai ke uji klinik.
Thanks for reading: obat anti malaria
Sabtu, 21 September 2013
Jumat, 20 September 2013
Epidemiologi Malaria di Indonesia
Malaria adalah penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina. Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang berkembang biak di tubuh nyamuk lalu menularkannya pada manusia melalui darah. Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja terutama penduduk yang tinggal di daerah di mana tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk untuk berkembang biak. Malaria menjadi penyakit endemik di beberapa daerah di dunia, seperti Afrika, India, Bangladesh dan juga di Indonesia. Di Indonesia, malaria menjadi endemik di Papua dan Mamuju, Sulawesi Selatan.
Penyakit Malaria menjadi masalah global yang dimasukkan dalam MDGs 2015 karena memiliki angka insiden yang cukup tinggi. Malaria hampir ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang beresiko terkena Malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari populasi dunia. WHO memperkirakan insiden malaria di dunia mencapai 215 juta kasus dan di antaranya yang terifeksi parasit plasmodium sekitar 600.000.
Menurut Global Malariae Programme menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi kebijakan dan strategi yang tepat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian malaria ditinjau dari sisi epidemiologi :
1. HOST (Manusia dan Nyamuk)
Manusia
Umur : Usia anak-anak lebih rentan terkena malaria. Anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan demam malaria dibandingkan anak yang bergizi buruk. Namun, anak yang bergizi baik lebih mampu untuk mengatasi malaria berat daripada anak bergizi buruk.
Jenis Kelamin : Perempuan memiliki respon yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Namun, apabila menginfeksi wanita hamil maka akan terjadi anemia berat.
Imunitas : Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya terbentuk imunitas dalam tubuhnya terhadap malaria demikian juga yang tinggal di daerah endemis biasanya mempunyai imunitas alami terhadap penyakit malaria.
Ras : beberapa ras manusia atau kelompok manusia memiliki kekebalan alamiah terhadap malaria, misalnya sickle cell anemia dan ovalositas.
Status Gizi : Masyarakat yang kurang asupan gizi dan tinggal di daerah endemis malaria akan rentan terkena malaria.
Nyamuk
Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan siklus kehidupan di air. Kelangsungan hidup nyamuk akan terputus apabila tidak ada air. Nyamuk dewasa sekali bertelur sebanyak ± 100-300 butir, besar telur sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetas menjadi jentik, 8-10 hari menjadi kepompong (pupa), dan 1-2 hari menjadi nyamuk dewasa. Umur nyamuk relatif pendek, nyamuk jantan umurnya lebih pendek (kurang 1 minggu), sedang nyamuk betina lebih panjang sekitar rata-rata 1-2 bulan. Nyamuk jantan akan terbang disekitar perindukannya dan makan cairan tumbuhan yang ada disekitarnya. Nyamuk betina hanya kawin sekali dalam hidupnya. Perkawinan biasanya terjadi setelah 24-48 jam setelah keluar dari kepompong. Makanan nyamuk Anopheles betina yaitu darah, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telurnya.
Nyamuk Anopheles yang ada di Indonesia berjumlah 80 spesies. Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan sejumlah 24 spesies yang dapat menularkan malaria. Tidak semua Anopheles tersebut berperan penting dalam penularan malaria.
Beberapa aspek penting dari nyamuk adalah :
Perilaku nyamuk :
Tempat hinggap atau istirahat
Eksofilik, yaitu nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di luar rumah.
Endofilik, yaitu nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di dalam rumah.
Tempat menggigit
Eksofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di luar rumah.
Endofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di dalam rumah.
Obyek yang digigit
Antrofofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit manusia.
Zoofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit hewan.
Indiscriminate biters/indiscriminate feeders, yaitu nyamuk tanpa kesukaan tertentu terhadap hospes.
Frekuensi menggigit manusia
Frekuensi membutuhkan darah tergantung spesiesnya dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, yang disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim tropis biasanya siklus ini berlangsung sekitar 48-96 jam.
Siklus gonotrofik, yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur. Waktu ini juga merupakan interval menggigit nyamuk.
Faktor lain yang penting
Umur nyamuk (longevity), semakin panjang umur nyamuk semakin besar kemungkinannya untuk menjadi penular atau vektor. Umur nyamuk bervariasi tergantung dari spesiesnya dan dipengaruhi oleh lingkungan. Pengetahuan umur nyamuk ini penting untuk mengetahui musim penularan dan dapat digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan program pemberantasan vektor.
Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan Fisik
Suhu udara : Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pada suhu 26,7oC masa inkubasi ekstrinsik pada spesies Plasmodium berbeda-beda yaitu P.falciparumI 10 sampai 12 hari, P.vivax 8 samapi 11 hari, P.malariae 14 hari P.ovale 15 hari. Menurut Chwatt (1980), suhu udara yang optimum bagi kehidupan nyamuk berkisar antara 25-30o C. Menurut penelitian Barodji (1987) bahwa proporsi tergigit nyamuk Anopheles menggigit adalah untuk di luar rumah 23-24oC dan di dalam rumah 25-26oC sebagai suhu optimal.
Kelembaban udara : Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk. Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahan, dan lain-lain dari nyamuk. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.35 Menurut penelitian Barodji (1987) menyatakan bahwa nyamuk Anopheles paling banyak menggigit di luar rumah pada kelembaban 84-88%dan di dalam rumah 70-80%.
Ketinggian : Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m di atas permukaan laut.
Angin : Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau keluar rumah, adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dengan nyamuk. Jarak terbang nyamuk (flight range) dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin. Jarak terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat perindukannya. Bila ada angin yang kuat nyamuk Anopheles bisa terbawa sampai 30 km.
Hujan : Hujan berhubungan dengan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan, jumlah hari hujan jenis vektor dan jenistempat perkembangbiakan (breeding place). Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles.
Sinar matahari : Sinar matahari memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada spesies nyamuk. Nyamuk An. aconitus lebih menyukai tempat untuk berkembang biak dalam air yang ada sinar matahari dan adanya peneduh. Spesies lain tidak menyukai air dengan sinar matahari yang cukup tetapi lebih menyukai tempat yang rindang, Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih suka tempat yang teduh, An. hyrcanus spp dan An. punctulatus spp lebih menyukai tempat yang terbuka, dan An. barbirostris dapat hidup baik di tempat teduh maupun yang terang.
Arus air : An. barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis / mengalir lambat, sedangkan An. minimus menyukai aliran air yang deras dan An. letifer menyukai air tergenang. An. maculatus berkembang biak pada genangan air di pinggir sungai dengan aliran lambat atau berhenti. Beberapa spesies mampu untuk berkembang biak di air tawar dan air asin seperti dilaporkan di Kecamatan Tanjung Bunga, Flores Timur, NTT bahwa An. subpictus air payau ternyata dilaboratorium mampu bertelur dan berkembang biak sampai menjadi nyamuk dewasa di air tawar seperti nyamuk Anopheles lainnya.
Tempat perkembangbiakan nyamuk : Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles adalah genangangenangan air, baik air tawar maupun air payau, tergantung dari jenis nyamuknya. Air ini tidak boleh tercemar harus selalu berhubungan dengan tanah. Berdasarkan ukuran, lamanya air (genangan air tetap atau sementara) dan macam tempat air, klasifikasi genangan air dibedakan atas genangan air besar dan genangan air kecil.
Keadaan dinding : Keadaan rumah, khususnya dinding rumah berhubungan dengan kegiatan penyemprotan rumah (indoor residual spraying) karena insektisida yang disemprotkan ke dinding akan menyerap ke dinding rumah sehingga saat nyamuk hinggap akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut. Dinding rumah yang terbuat dari kayu memungkinkan lebih banyak lagi lubang untuk masuknya nyamuk.
Pemasangan kawat kasa : Pemasangan kawat kasa pasda ventilasi akan menyebabkan semakin kecilnya kontak nyamuk yang berada di luar rumah dengan penghuni rumah, dimana nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah. Menurut Davey (1965) penggunaan kasa pada ventilasi dapat mengurangi kontak antara nyamuk Anopheles dan manusia.
b. Lingkungan Kimia
Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perkembangbiakan. Sebagai contoh An. Sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12 – 18% dan tidak dapat berkembang biak pada kadar garam 40% ke atas, meskipun di beberapa tempat di Sumatera Utara An. Sundaicus sudah ditemukan pula dalam air tawar. An. letifer dapat hidup ditempat yang asam/pH rendah.
c. Lingkungan Biologi
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah
(panchax spp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh dari rumah.
d. Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Kebiasaan keluar rumah
Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Kebiasaan penduduk berada di luar rumah pada malam hari dan juga tidak berpakaian berhubungan dengan kejadian malaria.
2. Pemakaian kelambu
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemakaian kelambu secara teratur pada waktu tidur malam hari mengurangi kejadian malaria. Menurut penelitian Piyarat (1986), penduduk yang tidak menggunakan kelambu secara teratur mempunyai risiko kejadian malaria 6,44 kali dibandingkan dengan yang menggunakan kelambu. Penelitian CH2N-UGM (2001) menyatakan bahwa individu yang tidak menggunakan kelambu saat tidur berpeluang terkena malaria 2,8 kali di bandingkan dengan yang menggunakan kelambu saat tidur.
3. Obat anti nyamuk
Kegiatan ini hampir seluruhnya dilaksanakan sendiri oleh masyarakat seperti menggunakan obat nyamuk bakar, semprot, oles maupun secara elektrik.
4. Pekerjaan
Hutan merupakan tempat yang cocok bagi peristirahatan maupun perkembangbiakan nyamuk (pada lubang di pohon-pohon) sehingga menyebabkan vektor cukup tinggi. Menurut Manalu
(1997), masyarakat yang mencari nafkah ke hutan mempunyai risiko untuk menderita malaria karena suasana hutan yang gelap memberikan kesempatan nyamuk untuk menggigit.
5. Pendidikan
Tingkat pendidikan sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap kejadian malaria tetapi umumnya mempengaruhi jenis pekerjaan dan perilaku kesehatan seseorang. Hasil penelitian Rustam (2002), menyatakan bahwa masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah berpeluang terkena malaria sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi.
3. Faktor Agent (Plasmodium)
Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup ataupun tidak hidup dimana dalam kehadirannya, bila diikuti dengan kontak efektif dengan manusia yang rentan akan menjadi stimulasi untuk memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Penyebab penyakit malaria dari genus Plasamodium, family Plasmodiidae dan ordo Coccidiidae. Hingga saat ini parasit malaria yang dikenal ada 4 macam, yaitu :
a. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria otak/berat dengan risiko kematian yang tinggi.
b. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
c. Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana.
d. Plasmodium ovale, jarang dijumpai terbanyak ditemukan di Afrika dan Pasifik Barat.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara Plasmodium falcifarum dengan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi. Infeksi campuran ini biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya. Thanks for reading: Epidemiologi Malaria di Indonesia
Penyakit Malaria menjadi masalah global yang dimasukkan dalam MDGs 2015 karena memiliki angka insiden yang cukup tinggi. Malaria hampir ditemukan di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang beresiko terkena Malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari populasi dunia. WHO memperkirakan insiden malaria di dunia mencapai 215 juta kasus dan di antaranya yang terifeksi parasit plasmodium sekitar 600.000.
Menurut Global Malariae Programme menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi kebijakan dan strategi yang tepat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian malaria ditinjau dari sisi epidemiologi :
1. HOST (Manusia dan Nyamuk)
Manusia
Umur : Usia anak-anak lebih rentan terkena malaria. Anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan demam malaria dibandingkan anak yang bergizi buruk. Namun, anak yang bergizi baik lebih mampu untuk mengatasi malaria berat daripada anak bergizi buruk.
Jenis Kelamin : Perempuan memiliki respon yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Namun, apabila menginfeksi wanita hamil maka akan terjadi anemia berat.
Imunitas : Orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya terbentuk imunitas dalam tubuhnya terhadap malaria demikian juga yang tinggal di daerah endemis biasanya mempunyai imunitas alami terhadap penyakit malaria.
Ras : beberapa ras manusia atau kelompok manusia memiliki kekebalan alamiah terhadap malaria, misalnya sickle cell anemia dan ovalositas.
Status Gizi : Masyarakat yang kurang asupan gizi dan tinggal di daerah endemis malaria akan rentan terkena malaria.
Nyamuk
Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan siklus kehidupan di air. Kelangsungan hidup nyamuk akan terputus apabila tidak ada air. Nyamuk dewasa sekali bertelur sebanyak ± 100-300 butir, besar telur sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetas menjadi jentik, 8-10 hari menjadi kepompong (pupa), dan 1-2 hari menjadi nyamuk dewasa. Umur nyamuk relatif pendek, nyamuk jantan umurnya lebih pendek (kurang 1 minggu), sedang nyamuk betina lebih panjang sekitar rata-rata 1-2 bulan. Nyamuk jantan akan terbang disekitar perindukannya dan makan cairan tumbuhan yang ada disekitarnya. Nyamuk betina hanya kawin sekali dalam hidupnya. Perkawinan biasanya terjadi setelah 24-48 jam setelah keluar dari kepompong. Makanan nyamuk Anopheles betina yaitu darah, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan telurnya.
Nyamuk Anopheles yang ada di Indonesia berjumlah 80 spesies. Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan sejumlah 24 spesies yang dapat menularkan malaria. Tidak semua Anopheles tersebut berperan penting dalam penularan malaria.
Beberapa aspek penting dari nyamuk adalah :
Perilaku nyamuk :
Tempat hinggap atau istirahat
Eksofilik, yaitu nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di luar rumah.
Endofilik, yaitu nyamuk lebih suka hinggap atau istirahat di dalam rumah.
Tempat menggigit
Eksofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di luar rumah.
Endofagik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit di dalam rumah.
Obyek yang digigit
Antrofofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit manusia.
Zoofilik, yaitu nyamuk lebih suka menggigit hewan.
Indiscriminate biters/indiscriminate feeders, yaitu nyamuk tanpa kesukaan tertentu terhadap hospes.
Frekuensi menggigit manusia
Frekuensi membutuhkan darah tergantung spesiesnya dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, yang disebut siklus gonotrofik. Untuk iklim tropis biasanya siklus ini berlangsung sekitar 48-96 jam.
Siklus gonotrofik, yaitu waktu yang diperlukan untuk matangnya telur. Waktu ini juga merupakan interval menggigit nyamuk.
Faktor lain yang penting
Umur nyamuk (longevity), semakin panjang umur nyamuk semakin besar kemungkinannya untuk menjadi penular atau vektor. Umur nyamuk bervariasi tergantung dari spesiesnya dan dipengaruhi oleh lingkungan. Pengetahuan umur nyamuk ini penting untuk mengetahui musim penularan dan dapat digunakan sebagai parameter untuk menilai keberhasilan program pemberantasan vektor.
Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan Fisik
Suhu udara : Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik. Pada suhu 26,7oC masa inkubasi ekstrinsik pada spesies Plasmodium berbeda-beda yaitu P.falciparumI 10 sampai 12 hari, P.vivax 8 samapi 11 hari, P.malariae 14 hari P.ovale 15 hari. Menurut Chwatt (1980), suhu udara yang optimum bagi kehidupan nyamuk berkisar antara 25-30o C. Menurut penelitian Barodji (1987) bahwa proporsi tergigit nyamuk Anopheles menggigit adalah untuk di luar rumah 23-24oC dan di dalam rumah 25-26oC sebagai suhu optimal.
Kelembaban udara : Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk. Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahan, dan lain-lain dari nyamuk. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan malaria.35 Menurut penelitian Barodji (1987) menyatakan bahwa nyamuk Anopheles paling banyak menggigit di luar rumah pada kelembaban 84-88%dan di dalam rumah 70-80%.
Ketinggian : Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Ketinggian paling tinggi masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m di atas permukaan laut.
Angin : Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalam atau keluar rumah, adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak antara manusia dengan nyamuk. Jarak terbang nyamuk (flight range) dapat diperpendek atau diperpanjang tergantung kepada arah angin. Jarak terbang nyamuk Anopheles adalah terbatas biasanya tidak lebih dari 2-3 km dari tempat perindukannya. Bila ada angin yang kuat nyamuk Anopheles bisa terbawa sampai 30 km.
Hujan : Hujan berhubungan dengan perkembangan larva nyamuk menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis hujan, derasnya hujan, jumlah hari hujan jenis vektor dan jenistempat perkembangbiakan (breeding place). Hujan yang diselingi panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk Anopheles.
Sinar matahari : Sinar matahari memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada spesies nyamuk. Nyamuk An. aconitus lebih menyukai tempat untuk berkembang biak dalam air yang ada sinar matahari dan adanya peneduh. Spesies lain tidak menyukai air dengan sinar matahari yang cukup tetapi lebih menyukai tempat yang rindang, Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An. sundaicus lebih suka tempat yang teduh, An. hyrcanus spp dan An. punctulatus spp lebih menyukai tempat yang terbuka, dan An. barbirostris dapat hidup baik di tempat teduh maupun yang terang.
Arus air : An. barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis / mengalir lambat, sedangkan An. minimus menyukai aliran air yang deras dan An. letifer menyukai air tergenang. An. maculatus berkembang biak pada genangan air di pinggir sungai dengan aliran lambat atau berhenti. Beberapa spesies mampu untuk berkembang biak di air tawar dan air asin seperti dilaporkan di Kecamatan Tanjung Bunga, Flores Timur, NTT bahwa An. subpictus air payau ternyata dilaboratorium mampu bertelur dan berkembang biak sampai menjadi nyamuk dewasa di air tawar seperti nyamuk Anopheles lainnya.
Tempat perkembangbiakan nyamuk : Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles adalah genangangenangan air, baik air tawar maupun air payau, tergantung dari jenis nyamuknya. Air ini tidak boleh tercemar harus selalu berhubungan dengan tanah. Berdasarkan ukuran, lamanya air (genangan air tetap atau sementara) dan macam tempat air, klasifikasi genangan air dibedakan atas genangan air besar dan genangan air kecil.
Keadaan dinding : Keadaan rumah, khususnya dinding rumah berhubungan dengan kegiatan penyemprotan rumah (indoor residual spraying) karena insektisida yang disemprotkan ke dinding akan menyerap ke dinding rumah sehingga saat nyamuk hinggap akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut. Dinding rumah yang terbuat dari kayu memungkinkan lebih banyak lagi lubang untuk masuknya nyamuk.
Pemasangan kawat kasa : Pemasangan kawat kasa pasda ventilasi akan menyebabkan semakin kecilnya kontak nyamuk yang berada di luar rumah dengan penghuni rumah, dimana nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah. Menurut Davey (1965) penggunaan kasa pada ventilasi dapat mengurangi kontak antara nyamuk Anopheles dan manusia.
b. Lingkungan Kimia
Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar garam dari tempat perkembangbiakan. Sebagai contoh An. Sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya berkisar antara 12 – 18% dan tidak dapat berkembang biak pada kadar garam 40% ke atas, meskipun di beberapa tempat di Sumatera Utara An. Sundaicus sudah ditemukan pula dalam air tawar. An. letifer dapat hidup ditempat yang asam/pH rendah.
c. Lingkungan Biologi
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah
(panchax spp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh dari rumah.
d. Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Kebiasaan keluar rumah
Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Kebiasaan penduduk berada di luar rumah pada malam hari dan juga tidak berpakaian berhubungan dengan kejadian malaria.
2. Pemakaian kelambu
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemakaian kelambu secara teratur pada waktu tidur malam hari mengurangi kejadian malaria. Menurut penelitian Piyarat (1986), penduduk yang tidak menggunakan kelambu secara teratur mempunyai risiko kejadian malaria 6,44 kali dibandingkan dengan yang menggunakan kelambu. Penelitian CH2N-UGM (2001) menyatakan bahwa individu yang tidak menggunakan kelambu saat tidur berpeluang terkena malaria 2,8 kali di bandingkan dengan yang menggunakan kelambu saat tidur.
3. Obat anti nyamuk
Kegiatan ini hampir seluruhnya dilaksanakan sendiri oleh masyarakat seperti menggunakan obat nyamuk bakar, semprot, oles maupun secara elektrik.
4. Pekerjaan
Hutan merupakan tempat yang cocok bagi peristirahatan maupun perkembangbiakan nyamuk (pada lubang di pohon-pohon) sehingga menyebabkan vektor cukup tinggi. Menurut Manalu
(1997), masyarakat yang mencari nafkah ke hutan mempunyai risiko untuk menderita malaria karena suasana hutan yang gelap memberikan kesempatan nyamuk untuk menggigit.
5. Pendidikan
Tingkat pendidikan sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap kejadian malaria tetapi umumnya mempengaruhi jenis pekerjaan dan perilaku kesehatan seseorang. Hasil penelitian Rustam (2002), menyatakan bahwa masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah berpeluang terkena malaria sebesar 1,8 kali dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi.
3. Faktor Agent (Plasmodium)
Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup ataupun tidak hidup dimana dalam kehadirannya, bila diikuti dengan kontak efektif dengan manusia yang rentan akan menjadi stimulasi untuk memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Penyebab penyakit malaria dari genus Plasamodium, family Plasmodiidae dan ordo Coccidiidae. Hingga saat ini parasit malaria yang dikenal ada 4 macam, yaitu :
a. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria otak/berat dengan risiko kematian yang tinggi.
b. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
c. Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana.
d. Plasmodium ovale, jarang dijumpai terbanyak ditemukan di Afrika dan Pasifik Barat.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara Plasmodium falcifarum dengan Plasmodium vivax atau Plasmodium malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi. Infeksi campuran ini biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya. Thanks for reading: Epidemiologi Malaria di Indonesia
Kamis, 19 September 2013
pengobatan malaria
Diagnosis dan pengobatan:
• diagnosis dengan rapid diagnosis test (rdt)
• pengobatan malaria falciparum ringan tanpa komplikasi lini pertama dengan kombinasi artesunate dan amodiakuin dan lini kedua dengan kina dan tetracycline atau doxycycline:
Komposisi obat :
Artesunat : 50 mg/ tablet
Amodiakuin : 200 mg/ tablet ≈ 153 mg amodiakuin base / tablet
Semua pasien (kecuali ibu hamil dan anak usia < 1 tahun) diberikan tablet Primakuin (1 tablet berisi: 15 mg primakuin basa ) dengan dosis 0,75 mg basa/kgBB/oral, dosis tunggal pada hari I (hari pertama minum obat).
Dosis pada tabel diatas merupakan perhitungan kasar bila penderita tidak ditimbang berat badannya. Dosis yang direkomendasi berdasarkan berat badan adalah:
Artesunat: 4 mg/kgBB dosis tunggal/hari/oral, diberikan pada hari I, hari II dan hari III ditambah Amodiakuin: 25 mg basa/kgBB selama 3 hari dengan pembagian dosis: 10 mg basa/kgBB/hari/oral pada hari I dan hari II, serta 5 mg basa/kgBB/oral pada hari III.
Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan pengobatan lini kedua seperti tabel 2 di bawah ini.
Keterangan:
*) Kina:
Pemberian kina pada anak usia < 1 tahun harus berdasarkan berat badan (ditimbang berat badannya). Dosis kina: 30 mg/kgbb/hari (dibagi 3 dosis).
I. Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun
II. Dosis doksisiklin untuk anak usia 8 – 14 tahun: 2 mg/kg BB/hari
III. Bila tidak ada doksisiklin, dapat digunakan tetrasiklin
IV. Dosis Tetrasiklin: 25-50 mg/ kgBB/4 dosis/hari atau 4 x 1(250 mg) selama 7 hari; tetrasiklin tidak boleh diberikan pada umur < 12 tahun dan ibu hamil.
V. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 1 tahun.
VI. Dosis primakuin: 0,75 mg/kgbb, dosis tunggal.
• PENGOBATAN MALARIA VIVAX/OVALE LINI PERTAMA DENGAN KLOROKUIN DAN LINI KEDUA DENGAN KINA:
Bila pada pemeriksaan laboratorium ditemukan P. vivax/ovale, diberikan pengobatan sesuai tabel 3 di bawah ini :
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan untuk Pv / Po :
- Klorokuin : hari I & II = 10 mg/kg bb, hari III = 5 mg/kg bb
- Primakuin : 0,25 mg/kg bb /hari, selama 14 hari.
Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan pengobatan lini kedua seperti tabel 4 di bawah ini.
Obat malaria berat
Lini pertama :Artemether injeksi diberikan secara intramuskuler, selama 5 hari.
Setiap ampul Artemether berisi 80 mg/ml.
Dosis dan cara pemberian Artemether:
Untuk dewasa: dosis inisial 160 mg (2 ampul) IM pada hari ke 1, diikuti 80 mg (1 ampul) IM pada hari ke 2 s/d ke 5. Dosis anak tergantung berat badan yaitu:
Hari Pertama : 3,2 mg/KgBB/hari
Hari II- V : 1,6 mg/KgBB/hari
Lini kedua : Kina perinfus/drip
Cara pemberian kina per-infus:Dosis dewasa (termasuk ibu hamil) : Kina HCl 25 % dosis 10 mg/Kgbb (1 ampul isi 2 ml = 500 mg kina HCl 25 %) yang dilarutkan dalam 500 ml dekstrose 5 % atau NaCl 0,9 % diberikan selama 8 jam, diulang dengan cairan yang sama setiap 8 jam terus-menerus sampai penderita dapat minum obat.
Atau :
Kina HCl 25 % (perinfus), dosis 10mg/Kg BB/4jam diberikan setiap 8 jam, diulang dengan cairan dan dosis yang sama setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.
Dosis anak-anak : Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6-8 mg/kg bb) diencerkan dengan 5-10 cc dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 % per kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat.
Apabila tidak memungkinkan pemberian kina per- infus maka kina dapat diberikan intramuskular. Sediaan yang ada untuk pemberian intramuskular yaitu Kinin antipirin dengan dosis: 10 mg/kgbb IM (dosis tunggal) yang merupakan pemberian anti malaria pra rujukan.
Tatalaksana Pengobatan lebih lengkap dapat dilihat pada Buku ”Tatalaksana kasus Malaria” yang dikeluarkan oleh Direktorat jenderal PPM&PL, Direktorat Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang tahun 2003.
PENCEGAHAN:
• PENCEGAHAN DARI GIGITAN NYAMUK DENGAN LONG LASTING INSECTICIDE TREATED NET (LLITN) ATAU INSECTICIDE TREATED NET (ITN).
• PENCEGAHAN DENGAN MEMBUNUH JENTIK DISARANG SARANG NYAMUK DENGAN LARVASIDA : BTI , ALTOSID DLL.
• PENCEGAHAN DENGAN PENYEMPROTAN DINDING RUMAH ATAU TENDA DENGAN INSEKTISIDA ETOFENPROX , LAMDA-SIHALOTRINE, BENDIOCARB, DLL
• PENCEGAHAN DENGAN MINUM OBAT PROFILAKSIS YAITU DOXYCICLINE UNTUK PENDATANG BERUSIA > 8 TAHUN (1 TABLET 100 MG) UNTUK PENDATANG DEWASA TIAP HARI 1 TABLET SEJAK 1 MINGGU SEBELUM MASUK SAMPAI 1 BULAN SETELAH KEMBALI.
• PEMETAAN GENANGAN AIR DENGAN JARAK SAMPAI 2 KM DEKAT PEMUKIMAN PENDUDUK/PENGUNGSI. Thanks for reading: pengobatan malaria
Langganan:
Postingan (Atom)